Siri 16: Tamhid Fiqh Sunnah 5
Kaidah-kaidah Umum dalam berfiqih:
3. Menghindari Pertikaian dan Perpecahan di Dalam Agama
alSayyid Sabiq mengemukakan ayat-ayat dalil, antaranya: surah alMukminun (23): 52; ‘Ali Imraan (3): 103; al-Anfaal (8): 46; al-An’am (6): 159; ar-Rum (30): 32 dan Ali ‘Imraan (3): 105
Komentar Prof alQardhawi: Kesatuan adalah kewajipan, perpecahan adalah dosa. Sasaran kerja para pendakwah dan aktivis Islam ialah kesatuan, bersatu hati, kerapian dan kekukuhan barisan ummah. Mereka harus menjauhi perselisihan dan perpecahan serta menghindari segala perkara yang dapat memecah-belahkan kesatuan. Perselisihan menimbulkan kerosakan pada hubungan baik sesama mereka dan akan melemahkan agama, umat dan dunianya. Islam adalah satu-satunya agama yang menyeru kepada persaudaraan, diwujudkan dalam kesatuan dan solidaritas, saling menolong dan bantu-membantu serta mengecam perpecahan dan perselisihan.
Dalil-dalil hadith:
1. Dari Ibn Umar ra:
عليكم بالجماعة وإياكم والفرقة, فإن الشيطان مع الواحد
Terjemahnya: “ kamu perlu berjama’ah, waspadalah terhadap perpecahan kerana sesungguhnya syaythan bersama orang yang sendirian.” atTermidzi dan alHakim dan disahkan oleh alZahabi (alMustadrak (1:114)
2. HR atTermidzi
“ …penyakit umat-umat sebelum kamu telah menular kepada kalian: dengki dan saling bermusuhan. Permusuhan adalah pencukur. Aku tidak kata pencukur rambut tapi pencukur agama.” (sunan, #2512)
3. HR Muslim
“ Sesungguhnya syaithan telah berputus asa daripada menjadikan dirinya sebagai sembahan bagi orang-orang yang solatnya di Jazirah Arab, tetapi ia tidak pernah putus asa dalam menimbulkan permusuhan sesama mereka.” [sahih Muslim, # 2812]
Kemudian alQardhawi menyebut fenomena perselisihan yang dibenarkan dan perpecahan yang tercela. Perselihan yang dibenarkan ialah perselisihan yang bersifat tanawwu’ (variasi) bukannya perselisihan bersifat taarudh (kontra).
Dari sini beliau memperkenalkan suatu istilah fiqih kontemporer yang wajib dipelajari: Fiqh Ikhtilaf (Fiqih berbeda pendapat ), manakala di kalangan ulama Saudi dinamakan Fiqh I’tilaf (fiqh pemersatu). Fiqih Ikhtilaf ini dipopularkan alUstadz Hasan alBanna dalam Usyuul Asyriin (20 Perinsip kefahaman):
“ Perbedaan pendapat dalam FIQIH yang terdapat dalam masalah-masalah cabang bukanlah penyebab terjadinya perpecahan agama dan tidak menjurus kepada permusuhan serta kebencian. Setiap mujtahid akan mendapat pahala. Tidak ada larangan jika dilakukan penelitian secara ilmiah dan objektif dalam masalah-masalah yang diperselisihkan, selama mana ia dilakukan dalam konteks kecintaan kepada Allah dan tolong-menolong dalam mengupayakan pencapaian hakikat permasalahan yg sebenarnya, tanpa mengarah kepada perdebatan yang dilarang dan fanatisme (ta’asub) yang berlebihan.”
Syarahnya: Kenyatan al-Banna ini mengandungi dua pokok kebenaran:
1. perbedzaan pendapat dalam masalah furu’iyah agama (rantingan), tidak boleh menjadi sebab perpecahan, permusuhan dan kebencian. Sikap itulah yang telah ditunjukkan oleh kaum salaf dari ummat ini dan diaplikasikan oleh para imam yang hebat. Mereka boleh berselisih pendapat tetapi hati mereka tetap bersatu.
2. keyakinan bahawa perbedaan pendapat dalam masalah-masalah cabang adalah sesuatu yg wajar. Lalu ia mendorong kita melakukan tarjih (mengkaji secara ilmiah dan memilih pendapat yang lebih unggul, disokong oleh hujah yg lebih kuat dan lebih hampir kepada kebenaran). Prinsipnya ialah: Mujtahid bisa salah dan bisa saja benar. Juga setiap orang bisa diambil pendapatnya atau ditinggalkan kecuali perkataan Muhammad SAW.. para ulama’ bukan maksum serta jika hadisnya sahih, maka itulah madzhabku atau pendapatku benar namun mungkin saja salah, pendapat orang lain salah, namun ada kemungkinan benar.
19 Prinsip Fiqh Ikhtilaf atau Fiqh I’tilaf:
1. perbedzaan pendapat dalam cabang fiqih adalah dharurah (tidak dapat dielakkan)
2. perbedzaan cabang fiqih merupakan rahmah dan kemudahan
3. perbedzaan cabang fiqih adalah kekayaan dalam wacana umat
4. menghilangkan perbedaan cabang fiqih adalah mustahil
5. ada pendapat yang berlawanan dengan kelaziman adalah benar
6. pluralitas dalam kebenaran boleh berlaku
7. kesalahan berijtihad oleh si mujtahid adalah dima’afkan (bahkan dapat pahala)
8. tidak dilarang perdebatan dalam masalah khilafiah
9. adil dalam berbeda pendapat dan akui kebaikan yang ada pada lawan
10. adil kepada orang sealiran dan berani mengkritiknya
11. kerjasama dalam hal2 yang ittifaq (disepakati) *
12. toleran dalam berdebat hal2 yg diperselisihkan **
13. tuntutan dialog dalam membahaskan hal yang diperselisihkan
14. toleransi antara pihak yg berselisih (boleh solat dibelakangnya)
15. semua madzhab adalah baik dan berada dalam jalan petunjuk
16. bijak dan positif terhadap variasi perbezaan
17. menjauhi debat yg sengit dan suasana permusuhan
18. menjaga adab terhadap ulama besar dan senior
19. menjauhi suka menjatuhkan hukum dosa (fasiq), munafiq, atau kafir.
-------------------
*/** kata Imam Rashid Ridha dan Hasan alBanna
Rujukan:
1. alQardhawi, alShahwah alIslamiah: bayna alIkhtilaf alMasyru’ wa Tafarruq alMadzmum, maktabah wahbah, 2000, Cairo
2. alQardhawi, Kayfa nata’amalu ma atTurath wa atTamadzub wa Ikhtilaf, makatab wahbah, Cairo 2001
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment